Resensi Buku; Novel Grafis
Judul : Hanyut 1
Penulis : Yoshiro Tatsumi
Penerbit : Jakarta Nalar 2010
Daftar Isi Resensi Buku
Cerita Tentang Ketekunan
Berproses
Dalam
menuju sesuatu yang diharapkan, seseorang harus melalui proses dalam
pelaksanaanya. Ini tidak akan terlepas dari peran pikiran, waktu dan juga dana
yang digunakan. Kedislipinan juga akan sangat berpengaruh dalam proses menuju
harapan. Saat proses berlangsung terkadang datang sifat malas ataupun pesimis yang
menghinggapi diri kita. Apalagi jika sesuatu yang kita kerjakan belum tentu
membuahkan hasil, pasti akan sangat berpengaruh sekali. Semisal kegiatan
menulis atau menggambar yang dimaksudkan untuk dikirim ke sebuah harian maupun
penerbitan.
Tentunya
ini akan menjadi sebuah perdebatan batin, Karena hasil belum tentu bisa di
nikmati. Namun bagi yang percaya bahwa proses adalah sesuatu hal yang wajib
dilakukan sebelum menuju keberhasilan, maka dengan ikhlas tubuhnya melakoni
proses dengan segala daya yang ada. Optimisme selalu nampak dalam keseharian
walaupun hasil tulisan maupun gambar selalu menampakkan hasil yang kurang
memuaskan.
Mencoba
kembali dan selalu mengevaluasi adalah wujud dari ikhtiar sebuah proses menuju
keberhasilan. Namun tidak semua orang bisa melaksanakan hal tersebut. Kondisi ini
akan membedakan antara orang yang bersungguh-sungguh atau orang yang hanya
bermain-main belaka. Orang yang tidak bersungguh-sungguh jika mengalami
kesulitan maka ia akan cepat putus asa dan berhenti. Dan bagi mereka yang
bersungguh-sungguh mengerjakan proses tersebut, maka dalam keadaan suka maupun
duka ia akan selalu punya rasa optimis yang tinggi karena keberhasilan telah di
depan mata. Jikalau usaha itu gagal, maka ia tidak akan putus asa dan akan
mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi.
Setidaknya
itulah yang tergambar dalam sebuah novel Grafis berjudul “Hanyut” dari Jepang
ini. Novel bergambar yang benar-benar
bisa memberi gambaran kepada kita tentang sebuah proses usaha dalam menjalani berbagai
masalah yang menerpa. Bukan hanya sekedar cerita narasi, namun kecanggihan yang
dihadirkan penulis ialah menyelaraskannnya dengan sejarah dan kejadian yang
dialami tokoh cerita terhadap peristiwa yang terjadi di negaranya. Seakan
menjadi cerita sejarah semacam memoar tersendiri. Akan banyak kejadian-kejadian yang dihadirkan
dalam novel grafis ini, semisal pada halaman 25, “Tahun 1949 adalah masa
transisi setelah perang.
Pada
bulan januari, gedung utama kuil Horyu yang merupakan bangunan kayu tertua di
dunia terbakar.” Pada tahun itu juga,
mulai Januari sampai Juli terhitung lebih dari 300 kecelakaan kereta dan
disebut era teror kereta. Dan dengan tiba-tiba saat Jepang mangalami masa
suram, perenang Jepang dengan julukan ikan terbang dari gunung Fuji, Hironosin,
menjadi juara renang di Los angeles dan berhasil mengalahkan Amerika (Hal. 26).
Dan masih kita banyak temukan lagi di halaman-halaman berikutnya.
Dengan
apik Yoshihiro memulai cerita bergambar ini dengan kondisi sejarah negaranya.
Di halaman awal kita akan disuguhi berbagai hal tentang cerita pasca perang,
yang dituliskan, “Jam 12 siang, 15 agustus 1945, kaisar Hirohito mealui siaran
rasio kekaisaran menyatakan perang telah usai. Rakyat Jepang akhirnya terbebas
dari hari-hari yang menyengsarakan.”
Kita
teringat pada tanggal itu yang mengacu pada hari menuju kemerdekaan bangsa
kita. Kita akan menebak dengan benar bahwa di tanggal itu kota besar di Jepang
yaitu Nagasaki dan Hirosima di bom oleh sekutu dan akhirnya menyerah. Pasukan
jepang yang waktu itu menjajah di negara kita secara bergiliran kembali ke
negaranya.
Tiga
tahun setelah perang usai, tanda-tanda kebangkitan di Jepang semakin terlihat
di berbagai kota. Namun, warga masih tetap menderita kekurangan barang-barang
kebutuhan harian dan makanan. Saat itulah, Hiroshi-tokoh utama dalam cerita ini-hadir
dalam usia yang ke 13 tahun/kelas 1 SMP.
Diceritakan
di awal, Hiroshi adalah anak yang suka mendatangi perpustakaan dan selalu
berhubungan dengan buku dan gambar. Dalam cerita bergambar berjumah 212 halaman
ini selalu saja terpampang gambar buku beserta raknya. Buku-buku tebal yang
berisi tentang novel, cerita maupun crita bergambar lainnya.
Sang
kakak yang bernama Okimasa mengidap penyakit radang selaput dada dan selalu
berebut buku dengan adiknya, Hiroshi. Dengan kondisi tubuh yang tidak kuat
itulah, Okimasa menggambar dengan
cerita pendek dalam posisi tidur. Karena sering bergaul dengan kakaknya itulah
Hiroshi sangat terpengaruh untuk mengikuti jejak sang kakak, sebagai penulis
cerita manga.
Dari
ketekunannya, beberapa naskah yang dikirimkan ke majalah akhirnya dimuat. Ini yang
membuat Hiroshi semangatnya bertambah. Dari kelas 1 SMP sampai memasuki SMA, Hiroshi
selalu disibukkan dengan menulis cerita manga. Hingga pada saat liburan musim
panas kelas 1 SMA, Hiroshi menyelesaikan karya panjang pertama berjudul, “Gembira
berpetualangan”(96 halaman).
Dalam
perjalanan kepenulisannya, Hiroshi mengalami perang antara pesimisme dan
optimisme. Namun, rasa optimis akhirnya selalu menang dalam pertarungan
tersebut. Hari demi hari, bulan demi bulan ia selalu bergulat dengan pena dan
kertas. Menggambar dan menulis cerita sesuai dengan idenya. Karena ketekunannya
itulah suatu hari ia mendapat surat dari penerbit untuk mengirimkan karyannya.
Dan diawal musim dingin, Hiroshi berhasil merampungkan karya keduanya, “Petualangan
pohon ajaib.” Yang diadaptasi dari cerita rakyat terkenal inggris, “Jack and
the Bean-stalk(Jack dan pohon kacang)
Saat
menulis karya keduanya itu, hadirlah teknologi baru berupa televisi. Diera televisi
itu, Hiroshi mengalami kebimbangan, karena gambar manga yang digambar diatas
kertas yang tidak bergerak mau tidak mau akan termakan oleh televisi. Namun
dengan jiwa dan tekad yang kuat, akhirnya Hiroshi tidak menghiraukannya dan
tetap fokus untuk menyelesaikan karya-karyanya. Akhirnya, di akhir kelas 3, Hiroshi menyelesaikan
karya terakhirnya, “Raksasa Rimba”.
Setelah
sesaat mempersipkan diri untuk masuk ujian universitas, ia malah sering ke
perpustakaan memboikot banyak buku dari sejumlah karya terbaik dunia dari
berbagai massa. Buku-buku itu dilahapnya habis dan menjadi inspirasinya untuk
duduk dan memegangi pena beserta kertasnya untuk melanjutkan karya-karyanya
tanpa menghiraukan ujian masuk universitas. Hiroshi telah hanyut dalam ide dan
imajinasi.
Ketekunan
telah menjadikan Hiroshi menjadi sosok yang tangguh dalam penulisan manga.
Walau hanya beberapa karya yang dihasilkan, namun ia selalu berusaha untuk
menciptakan karya yang baru lagi. Crita yang sungguh bisa menghadirkan kekuatan
batin dan jiwa untuk meniru dan meneladani tokoh utama.
Tidak heran jika penulis sekaligus penggambar
novel ini, Yoshiro tatsumi, menjadi penulis cerita manga yang terkenal dan hampir
semua karyanya di terjemahkan kedalam berbagai bahasa manca negara, seperti
inggris, spanyol, prancis, italia, portugis, polandia, Cina dan Indonesia. Kita
sebagai calon-calon penulis wajib membaca novel gravis ini untuk diambil isi
dan kandungan maknanya, demi keberlanjutan ketekunan dan kelihaian tulisan
kita. Semoga.
Oleh:
bisri nuryadi
0 Komentar untuk "Resensi Buku; Novel Grafis Hanyut 1"