Resensi
Buku; Sekitar Walisanga
Daftar Isi Resensi Buku
Selisih Paham Islam dan Wali
Mengingat ke-Islaman di negara Indonesia,
pasti kita akan berpikir tentang perjalanan dan peran Walisanga. Karena
berbagai buku dan literatur mengatakan para wali sanga-lah yang memulai memasukkan
unsur ke-Islaman
ke tanah Jawa, yang akhirnya menyebar ke berbagai penjuru negeri. Namun
beberapa dekade terakhir ini banyak yang
mengatakan bahwa Islam sudah masuk sebelum para wali. Berbagai pendapat yang
berbeda itu selalu menuai selisih paham, namun para pengemuka pendapat selalu
menggunakan acuan-acuan yang mumpuni.
Buku tipis dengan 70 halaman berjudul
”Sekitar Walisanga” garapan Solichin Salam dengan Penerbit Menara Kudus,
setidaknya menambah informasi bagi kita tentang berbagai pendapat yang selisih
paham yang selalu menyelimuti mulai dari masuknya Islam.
Buku bersampul merah muda, bergambar
masjid agung Demak ini selalu mengungkapkan berbagai pendapat yang berbeda.
Kita bisa memulai dari halaman 6, beberapa pendapat tentang masuknya Islam di
Indonesia.
Pendapat itu mengatakan bahwa banyak
perbedaan tentang Islam masuk secara tidak langsung dari tanah Arab melainkan
melalui Persia dan Gujarat.
Beberapa pendapatpun dihaturkan dalam
buku ini. Menurut Prof. Dr. P.A. Hoesien Djajadiningrat. Bukti jika Islam mauk
ke Indonesia itu dari Iran (Persia), ialah ejaan dalam tulisan Arab. Beliau
menambahkan Muharram itu adalah bulan wafatnya Husin di Karbela. Pada perayaan
itu diadakan upacara mengarak peti mati yang disebut tabut, dan muharam disebut
juga dengan bulan tabut. Perayaan mengarak peti mati itu ada di Minangkabau dan
Aceh. Tabut dari bahasa Persi yang berarti peti mati.
Tidak kalah pendapat dari Haji Abdul
Malik Karim Amrullah atau yang biasa dikenal dengan sebutan HAMKA, penulis
novel “Tenggelamnya kapal Vander wict”. Dalam buku ini beliau berpendapat
bahwa, Banyak pendapat yang mengatakan Islam masuk melalui Mesir dan mekah.
Banyak juga orang yang mengemukakan, bahwa mistik (tasawuf) India dan Persia
sangat besar pengaruhnya di Indonesia, oleh karena itu Islam disini lain dari
pada yang ditanah arab.
Menurut Hamka jika dipelajari riwayat
perkembangan tasawuf seluruhnya tidak dapat dikatakan, jika Islam di Indonesia
saja yang lain coraknya pada masa itu
dari pada Islam di tempat lain, melainkan corak berfikir seluruh dunia Islam
pada masa itu, baik di Asia Tenggara atau tanah Arab, Syam, Baghdad, Mesir,
India, Persia dan Indonesia semuanya adalah corak tasawuf yang sebagian besar
telah terlepas atau menyeleweng dari ajaran murni. Oleh sebab itu tidak tepat
jika di katakan Islam di Indonesia jadi lain dari tempat aslinya, karena
pengaruh dari India dan Persia.
Berbagai buku termasuk pelajaran
sekolah, banyak kisah yang menyajikan tentang masuknya Islam itu sesudah
jatuhnya kerajaan Majapahit. Hancurnya kerajaan ini ditengarai dengan sebuah
sengkalan yang berbunyi Sirna(0) ilang (0) kertaning(4) Bumi(1). Angka itu dibalik menjadi 1400 yang
merupakan tahun saka atau 1478 tahun Masehi sebagai angka jatuhnya kerajaan
majapahit.
Namun sebarnya banyak literatur yang
mengatakan bahwa Islam sudah masuk ke negara Indonesia sebelum tahun tersebut.
Ini bisa disebutkan bahwa pada jaman Prabu Sindok (929-949 M), sudah banyak
para saudagar dari tanah jawa yang berlayar sampai ke Baghdad.(halaman 9)
Dengan adanya hubungan yang sangat
erat ini mengakibatkan pertukaran budaya sampai pemelukan terhadap agama,
termasuk agama Islam. Salah satu buktinya, ditemukanlah sebuah makam bernisan
Fatimah binti maimun, yang wafat pada tahun 1082 dan bermakam di Gresik. Karena
itulah besar dugaan kita, bahwa pada jaman Raja Airlangga (1019-1042M) atau
setidak-tidaknya pada jaman Prabu Jayabaya (1135-1157) rupaya sudah ada
pedagang-pedagang Islam yang datang mengunjungi atau singgah di tanah Jawa.
Di akhir buku, dijelaskan bahwa wali
sanga sesungguhnya bukan jumlah kesemua wali. Kita mengenal bahwa Sunan
Tembayat, Sunan Prawoto, Sunan Ngudung, Sunan Geseng, Sunan Benang, Sunan
Mojoagung, Syekh Siti Jenar, Syekh Subakhir, Maulna Ishak dan sebagainya itu
adalah juga termasuk Sunan.
Namun buku ini mengatakan bahwa yang
populer serta dikenal oleh umum ialah Sunan yang berjumlah 9 yang disebutkan
dalam buku pelajaran-pelajaran sekolah, yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus,
Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.
Perbedaan pendapat dan selisih paham
membuat tantangan tersendiri pada generasi berikutya untuk terus menggali
sejarah dan kekayaan bangsa. Jangan sampai sejarah yang menuai selisih paham
ini berakibat memecah belah kedua pihak. Namun, perbedaan pendapat kita gunakan
sebagai penyatu dan pemerkaya kakayaan budaya. Buku tipis ini bisa dijadikan
rujukan-rujukan sederhana terkait berita tentang kedatangan Islam di negara
kita.
Oleh: bisri nuryadi
Buku diutang di Bilik Literasi Solo pada tanggal 28 agustus 2014
Dan resensi baru
ditulis setahun kemudian pada hari kamis, tanggal 18 Juni 2015
0 Komentar untuk "Resensi Buku; Sekitar Walisanga"