Resensi Buku Lengkap Tema; Perjalanan Pertama

Resensi Buku; Perjalanan Pertama
Antara Cerpen dan Realita
Seorang anak perempuan mengikuti arisan ibunya. Disitu berkumpul puluhan teman-teman dari ibunya. Semua tampak asik membicarakan hal-hal ang berurusan dengan keluarga dan gosip artis. Anak perempuan itu hanya terdiam karena tidak ada teman sebayannya. Sebenarnya ia tidak mau diajak ibunya ke tempat itu.
Namun ia akan selalu ikut jika bapak dan ayahnya bepergian. Bapak dan ibunya tidak membolehkannya sendirian di rumah. Ia teringat perkataan ibu,”Kamu perempuan, ibu ga tega kamu dirumah sendirian.” Pernyataan itu selalu terngiang-ngiang didalam pikirannya. Pertanyaanpun muncul, mengapa ibunya ibunya selalu berkata seperti itu?

Acara arisanpun terus berlalu, tiba saatnya acara makan bersama. Gadis kecil itu tidak mengetahui acara makan-makan yang aneh itu, hingga ibunya memberitahunya tentang makan prasmanan. Waktu menunggu giliran, pikirannya melayang menuju sebuah kenangan. Kenangan itu merujuk ke sebuah perkawinan dimana segala tindakan harus dilakukan sesuai etika.

Semisal minum hanya 3 tegukan walaupun sangat merasa haus. Hatinya merasa ada bertarung pertanyaan. Mengapa, mengapa, mengapa harus bersikap seperti itu? Perkataan-perkataan dari ibunyapun belum sanggup ia cerna. Masih ingat jelas perkataan ibunya, “Kamu itu perempuan. Besuk menjadi seorang ibu juga. Seorang ibu harus bisa menjadi mudarrisah, bagi anak-anaknya.” Perkataan itulah yang membuat pikirannya melayang, walaupun ia menatap berbagai makanan di hadapannya.

Kini giliran ia mengambil mengambil makanan. Dalam pandangannya, ia akan menerima cercaan jika menemui kesalahan. Ia takut salah. Sampai saat, tanpa sengaja ia telah meruntuhkan susunan gelas air mineral berbentuk candi. Dan menimpa mangkuk es buah di dekatnya. Semua tampak kacau.

Tentunya ini merupakan kesalahan yang fatal. Gadis itu hanya bisa membersihkan lantai dan tidak bisa berani menatap wajah ibunya. Gadis itu nampak ketakutan sekali. Hingga beberapa saat kemudian ia tersadarkan dari melamunnya.

Iapun segera tanggap, dan segera makan bersama ibunya. Dengan selalu mengikuti berbagai acara bapak dan ibunya, dengan sendirinya ia akan belajar bagaimana beretika di depan umum.

***
Begitulah ringkasan dari cerpen yang berjudul “Karena ibuku perempuan”, yang ditulis oleh Bapak Sumanto, M.Pd. cerpen itu termaktub dalam kumpulan cerpen, “Perjalanan pertama”. Cerpen-cerpen yang diangkat Bapak Sumanto, merupakan cerita-cerita yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Masalah yang disajikan tidak jauh dari masalah lumrah yang dialami oleh kita. Pemberian tentang makna keseharian selalu menjadi ciri khas cerpen-cerpennya.

Jalan cerita mudah dipahami. Kita tidak perlu repot mengernyitkan dahi untuk memahami sebuah arti kata. Karena kata-katanya menggunakan kata pada umumnya. Begitupun dengan bahasa yang digunakan. Bahasa yang enak dibaca. Kita seperti diajak mengikuti aliran sungai.

Penulis menyampaikan pesan-pesan yang selalu bermakna. Kebermaknaan itu terungkap saat cerita yang diangkatnya selalu menjadi realitas umum. Semisal cerita dengan ringkasan diatas. Gadis kecil dengan adat Jawa yang tekenal dengan ribetnya. Gadis itu mau tidak mau harus mengikuti arah dari ibunya. Karena jika ada sesuatu dengan anaknya, maka sang ibu akan selalu menanggung akibatnya. Seperti ungkapan Jawa yang terkenal, “Anak polah, bapak kepradah”.  Ini adalah hal yang mutlak. Bahkan sampai sekarang, hukum lisan ini masih berlaku.

Pembacaan cerpen terhadap “Perjalanan pertama”, merupakan aplikasi dari kegiatan sehari-hari. Mulai membuka mata sampai menutupnya kembali. Kita tidak bisa menolak kehadiran realita keseharian. Karena hidup dalam sosial selalu mengajak kita ke hal yang berifat umum.

Cerpen, “Karena ibuku perempuan,” mengajak kita untuk menyikapi berbagai kehadiran adat yang mungkin kita sendiri tidak menginginkannya. Namun dengan mempelajari itu semua, mungkin kita akan bisa menyatu dengan warga sekitar dan Berbaur menjadi masyarakat. Gadis perempuan yang digambarkan pada cerpen itu menjadi manusia beretika ketika ibunya selalu mengajaknya ke berbagai hajatan. Karena disitu akan banyak diterapkan, bagaimana etika-etika harus diterapkan.

Sekarang, gadis perempuan itu menjadi paham akan bab etika. Sang ibupun langsung memeluknya ketika gadis itu berbisik kepada ibunya,”lihat ibu, tak ada butiran nasi tersisa di piringku.”

Oleh: bisri nuryadi


Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Resensi Buku Lengkap Tema; Perjalanan Pertama"

Back To Top