Puisi pendek

PUISI dan LIUR

 Moyang
Sejarah tak terkisah
Kisah malang yang nihil pengisah
Silsilah lebur bercabang tanpa arah
Garis keturunan buta leluhur
Sibuk melengok dunia luar
Mengharamkan moyang sendiri
Mengasingkan dan mengutuknya menjadi dedemit


 
Mengalir
Tanah retak berbatu tumbuh hijau
Mengalir setetes Uranium dibawahnya
6,5 milyar tangki lainnya juga mengalir
Entah untuk siapa?



Keadilan     
Tahukah kalian?
Kemana keadilan pergi?
Silahkan menggelengkan kepala
Karena baru saja saya pulang,
Dari 100 hari kematiannya



Pizza
Digedung lantai 97 seorang anak menangis
Karena meminta hamburger
Yang ia terima pizza
Pizza dibuang ke ranjang sampah
Esuknya, sampah dibuang ke tempat sampah
Anak kecil pemulung memungutnya
Dimakan seperempat
Sisanya buat oleh-oleh    



Awam
Aku tau aku awam
Dan aku tau kau tak awam
Tapi aku tak suka dengan tak awammu
Aku lebih suka dengan awamku



Burung putih dan gerimis
Diujung dunia
Dekik senyumu menyumbar
Bak supernova yang keabuan
Damai menjalar
Hempaskan duka
Luka tersayat darah
Daging terkikis pedang
Dan hati tertekuk kehendak
Terbanglah burung putih
Serukan lantang ocehanmu
Menelantarkan jiwa-jiwa yang letih
Menghujat karang-karang hitam

By: Bisri Nuryadi 





















Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Puisi pendek"

Back To Top