Ternyata pengajuan cerita “Ah Tenane” Solopos tidak harus dengan tulisan yang bagus.. yang terpenting adalah idenya.. seperti contoh dibawah ini... silahkan dilihat antara pengajuan sebelum dimuat dan saat dimuat....
beda buangeeettt dehhh.....
1. pengajuan cerita
Jimpitan..oh..jimpitan
Walaupun dikalangan
RT-nya terkenal dengan julukan “Galake
kaya pitik angrem”, tetapi Lady cempluk yang tinggal disalah satu desa,
kecamatan Kartasura, Sukoharjo ini tergolong warga yang taat aturan.
Terbukti saat
beberapa bulan ini di desanya diadakan kegiatan pasang jimpitan berupa uang
seratus rupiah setiap harinya, lady cempluk selalu menyemplungi cepuk kecil yang sengaja dicenthelkan didepan rumahnya. Bahkan beberapa hari ini, Cempluk selalu
mengisi lebih dari seratus rupiyah dengan harapan besuknya tidak harus mengisinya
lagi.
Namun harapan
tinggalah harapan, karena uang jimpitanya selalu bersih tanpa sisa.
Kecurigaan
terjadi saat Gendhuk Nikole mendapat jadwal mengambili jimpitan.
Sesaat Setelah
Gendhuk menghampiri rumah Cempluk, bergegaslah Gendhuk nikole menuju rumah
sebelahnya.
Cempluk yang
dari tadi sudah tidak sabar lagi ingin tau siapa penguras jimpitannya, kini
langsung meninjau cepuknya. Al-hasil uang recehnya habis nggalisit. “woo lha.., bocah
iki jebule” Cempluk langsung melesat ngoyak
Genduk sambil mensinsingkan lengan bajunya.
“Nduk, kamu itu gimana? jimpitankan Cuma 100
rupiyah, masak receh sak cepuk
diambil semua.” Bentak cempluk yang membuat
para tetangga lainnya keluar dari rumah.
“Ma..maaf bu,
tadi cupuknya kosong”. Swara Genduk ndredeg karena takut.
Tiba-tiba suara
datang dari John koplo anak kelas 2 SD yang dari tadi juga ikut menyaksikan.
“Mbokdhe Cempluk,
Tadi uange diambil Tom gembus untuk
jajan.”
Sontak wajah
cempluk berubah menjadi merah karena kaget. Tadinya tidak percaya. Tapi usut
punya usut terbukti juga bahwa anaknya sendiri, Tom gembus yang mengambilnya.
Tanpa meminta
maaf, Cemplukpun pergi begitu saja meningalkan kerumunan dengan segala kekisinannya. Orang–orang yang
menyaksikan kejadian itupun tertawa nyekikik agak diampet, takut kedengaran Cempluk.
2. Kondisi saat dimuat...
Penguras Jimpitan
Walaupun di kalangan warga di RT-nya terkenal dengan julukan galake kaya pitik angrem,
Lady Cempluk yang tinggal di salah satu desa di Kecamatan Kartasura,
Sukoharjo ini tergolong warga yang taat aturan. Setiap hari ia tak
pernah absen mengisi uang jimpitan Rp100 di sebuah cepuk kecil yang di-centhel-kan di depan rumahnya. Bahkan beberapa kali Cempluk sengaja nyemplungi lebih dari seratus rupiah dengan harapan besoknya tak usah nyemplungi lagi.
Tapi harapan tinggallah harapan, karena meski diisi Rp200, Rp500 atau
Rp1.000, uang jimpitannya selalu habis tanpa sisa. Dengan amarah yang
masih bisa ia tahan, suatu sore Cempluk mengisi cepuknya dengan pecahan
Rp100 sebanyak 10 keping. Ia sudah getem-getem ingin tahu siapa penguras jimpitannya.
Malam itu ndilalah yang bertugas mengambil jimpitan adalah
Tom Gembus. Dengan sabar ia menunggu rumahnya disambangi petugas ronda.
Dari dalam rumah ia mengetahui Tom Gembus menghampiri cepuk jimpitannya,
lalu pergi lagi menuju rumah sebelahnya. Buru-buru Cempluk keluar
menghampiri cepuknya.
“Hla, rak tenan ta! Diisi sewu kok dijupuk kabeh. Awas, kowe, Mbus!” batin Cempluk sambil cincing mengejar Tom Gembus.
“Mbus, karepmu piye? Jimpitan cuma seratus rupiah kok duit sak cepuk
diambil semua? Itu namanya korupsi. Tak panggilkan KPK bisa ditangkap
kamu!” teriaknya menggeledek sehingga para tetangga pada keluar rumah.
“Maaf, Bu Cempluk, tadi cepuknya kosong. Enggak ada uangnya,” kilah Gembus.
Tiba-tiba ada seorang anak seusia SD yang menyela pembicaraan,
“Mbokde Cempluk, tadi uangnya diambil Jon Koplo buat jajan,” katanya.
Jon Koplo tak lain dan tak bukan adalah anak Cempluk sendiri.
Mendengar jawaban itu wajah Cempluk langsung mak prempeng dadi abang-ireng karena salah tuduh. Tanpa meminta maaf, ia langsung mak klepat, kembali ke rumah disaksikan beberapa warga yang pringas-pringis ngampet guyu.
demikian... sooo... silahkan mencoba mengirim...
selamat brekayra....
0 Komentar untuk "ngirim crita ah tenane solopos"