Banyak cara agar tulisan kita bisa di muat di koran yang kita inginkan. Semua itu tidak bisa terlepas dari kerja keras dan pemikiran yang matang yang dibumbuhi dengan kesabaran dan ketekunan tingkat tinggi. Salah satu rubrik yang menyediakan tulisan dari luar adalah "Ah Tenane" yang ada di koran Solopos. Ini adalah cara saya untuk menulis cerita pengalaman lucu yang akhirnya termuat dalam koran Solopos. Mari kita baca bersama-sama, inilah Cara agar tulisan dimuat di Koran Solopos, rubrik Ah Tenane
Penguasaan Bahasa Dan Kata Yang Tepat
Penguasaan Bahasa Dan Kata Yang Tepat
Jika posisi kita sekarang menginjak
SMA/sederajat berarti paling tidak sudah menguasai penulisan bahasa Indonesia
walau sederhana. Karena sejak TK kita sudah diajari berbahasa Indonesia yang
baik dan benar. Apalagi jika kita sudah menjadi mahasiswa maupun sudah lulus.
Apapun jurusannya pasti sudah bisa berbahasa Indonesia dengan baik dalam bentuk
tulisan. Hanya saja belajar & berproses dengan banyak menulis menjadikan cerita kita akan
dimengerti dan baik dalam pandangan orang lain maupun redaktur.
Menulis pengalaman lucu yang akan dikirimkan ke rubrik Ah Tenane akan menjadi mudah jika kita berani untuk berproses. Apapun ide dibenak yang dianggap cukup, kita harus berani menuliskan hingga selesai dan mengirimkannya. Memang untuk awal seperti itu. Nanti jika kita sudah menyelesaikan banyak tulisan serta membaca banyak maka dengan sendirinya ide, bahasa dan kata kita akan mengalir dengan mudah. Klik di sini untuk bacaan banyak cerita AhTenane.
Menulis pengalaman lucu yang akan dikirimkan ke rubrik Ah Tenane akan menjadi mudah jika kita berani untuk berproses. Apapun ide dibenak yang dianggap cukup, kita harus berani menuliskan hingga selesai dan mengirimkannya. Memang untuk awal seperti itu. Nanti jika kita sudah menyelesaikan banyak tulisan serta membaca banyak maka dengan sendirinya ide, bahasa dan kata kita akan mengalir dengan mudah. Klik di sini untuk bacaan banyak cerita AhTenane.
Mengirimlah Dengan Ajeg
Jangan sampai sebelum tulisan kita
dimuat oleh redaktur, kita berhenti menulis. Bukan berarti tulisan kita tidak
layak untuk dimuat, namun kemungkinan redaktur sudah mengantongi banyak
tulisan. Kita harus paham jika yang mengirim cerita Ah Tenane ini bukan kita
sendiri. Dan kita juga harus berlapang
dada, jika tulisan yang masuk ke redaksi tidak menjamin untuk dimuat. Bagiku
untuk dimuat di rubrik ini membutuhkan perjuangan dan ujian mental tersendiri.
Walau yang dikirimkan cerita sederhana, namun untuk dimuat pertama kali, dulu aku harus melewati penolakan sebanyak 11 kali. Dan waktunya pun lebih dari dua bulan sejak pengiriman tulisan pertama. Rasa kecewa memang ada, namun harus diyakinkan tidak untuk berputus asa. Hingga tulisanku yang ke 12 akhirnya dimuat. Tulisan yang aku kirimkan mengalami perubahan yang banyak oleh redaktur. Waktu itu judul aslinya, "Hantu Undak-undakan", lalu diganti "Hantu Tangga".
Walau yang dikirimkan cerita sederhana, namun untuk dimuat pertama kali, dulu aku harus melewati penolakan sebanyak 11 kali. Dan waktunya pun lebih dari dua bulan sejak pengiriman tulisan pertama. Rasa kecewa memang ada, namun harus diyakinkan tidak untuk berputus asa. Hingga tulisanku yang ke 12 akhirnya dimuat. Tulisan yang aku kirimkan mengalami perubahan yang banyak oleh redaktur. Waktu itu judul aslinya, "Hantu Undak-undakan", lalu diganti "Hantu Tangga".
Fokus Pada Satu Kisah Yang Lucu
Panjang tulisan Ah Tenane hanya 250-an
kata. Jadi hampir semua cerita yang dimuat akan membahas mengenai satu tingkah
lucu atau kesalahan yang dibuat oleh John Koplo maupun Lady Cempluk. Jika
kejadian lucu terlalu banyak dalam tubuh cerita maka akan dikhawatirkan tulisan
akan memanjang. Carilah kesalahan-kesalahan berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain yang mengundang gelak
tawa, kegelian atau yang ngisin-ngisini. Misalnya saja ; Salah, keliru,
kebalik, tertangkap basah, kelupaan, ketinggalan, ketiduran, kesiangan,
terlambat, tertukar, ketakutan, ketidaktahuan, tertipu/kapusan, grogi, gara-gara, dan masih banyak lagi. Hal ini lebih
lanjut akan kita bahasa dalam artikel lain. Klik disini untuk membacanya.
Peka Terhadap Fenomena Yang Baru Gempar
Ide datang bukan dari diri sendiri saja,
namun juga bisa datang melalui teman, tetangga, pacar, mantan, kerabat, teman
FB, murid, guru, orang tua, istri, suami, anak, adik, kakak, kakek, nenek, maratuwa dll.
Fenomena yang terjadi layak
dijadikan tulisan. Banyak cerita Ah Tenane yang dimuat karena mengangkat
peristiwa yang lagi naik daun. Seperti Om telolet, pokemon go, selfie, akik,
online, gojek, sakitnya tuh di sini, disadap, liburan sekolah, gerhana, musim
sunat dan masih banyak lagi. Peristiwa seperti itu patut diangkat semasa lagi meraih
popuritasnya. Jika peristiwa itu sudah berlalu, biasanya mungkin akan dianggap
cerita yang biasa-biasa saja.
Menonjolkan Citra lokal dan Tradisional
Sifat Lokal atau tradisional disini
bukanlah hal yang mutlak dalam cerita Ah Tenane. Namun ide ini dapat menjadi
salah satu alternatif yang dapat dituangkan ke dalam cerita. Setauku Koran
Solopos selalu mengangkat hal-hal yang bersifat lokal dan ketradisionalan.
Mengingat Solopos merupakan Koran lokal yang hadir di tengah-tengah pusat
budaya bagi orang Jawa. Kita bisa mengangkat kisah lucu dalam acara adat maupun
budaya Jawa yang sedang kita lakoni. Seperti
wayang kulit, ketoprak, kenduren, kumbokarnan, sekaten, temanten,
pambagyaharja, nyadran, nyatus, nyewu, mitoni, sepasaran bayi, dan masih banyak
lagi. Selain citra lokal dan tradisional, masih banyak tema lain yang bisa
dijadikan ide. Silahkan membacanya,
Kata Langsung Wajib Digunakan
Jika kita sudah banyak membaca Ah
Tenane, maka kita akan mengetahui bahwa terdapat kalimat langsung, kalimat yang
diucapkan oleh si tokoh. Wajib diberi keterangan, bisa di depan atau dibelakang
kalimat langsung. Dalam artian ucapan tersebut harus jelas nama tokoh yang
disampaikan.
Petikan di bawah sekedar contoh
saja,
- Keterangan terletak di belakang kalimat langsung. Diambil dari judul “Salah CPNS”.
“Pak, maaf. Jenengan
tesnya bukan hari ini, Tapi tanggal 17 November.” Gembus menjelaskan.
“Apa iya, Pak.” Koplo
kaget.
- Keterangan terletak di depan kalimat langsung. Diambil dari judul “Salah Masuk Bioskop”.
Koplo meninggalkan ruang bioskop dan segera sms Gembus.
“Mbus, kursine
kok kebak. Kowe metua sek wae.”
Batasi Kalimat Langsung
Yang sering ditemukan, bahwa untuk
kalimat langsung tidak butuh banyak. Biasanya yang ditampilkan hanya dua atau
tiga kalimat langsung dalam setiap percakapan. Setelah itu dilanjutkan kembali
dengan narasi cerita selanjutnya. Dan kita bisa menambahkan lagi kalimat
langsung di bawah narasi tersebut.
Sekedar contoh, petikan diambil dari
judul,”Salah Njagong”
Seperti
biasa, beberapa pekan yang lalu John Koplo juga berangkat ke sekolahan. Pada
jam istirahat Koplo ditanya oleh salah satu rekannya, Tom Gembus.
“Pripun, Pak? Ikut njagong sore atau minggunya di gedung.” Tanya Gembus.
“Minggunya
aja deh, Pak.” Jawab Koplo.
Waktu
berlalu dan hari minggu telah tiba. Jam setengah 10 pagi, Koplo dan istrinya,
Lady Cempluk meluncur. Selang 25 menit, mereka sampai di tempat tujuan.
“Wah kok wis rame ya, Pak.” Celethuk
Cempluk.
“Iya Bu,
ayo langsung masuk aja.” Jawab Gembus.
Akhirnya
mereka masuk ke gedung dan memasukan amplop ke dalam kotak sumbangan.
Ditengah-tengah menikmati hidangan yang mbanyu
mili, istrinya bertanya, “Lho, Pak. Lha
teman-teman guru jenengan mana?”
Petikan diatas hanya dijadikan
contoh saja. Intinya untuk kalimat langsung tidak harus sama persis seperti
diatas. Kita bisa bebas menulisnya sendiri sesuai dengan kreativitas
masing-masing.
Percakapan Dengan Bahasa Jawa
Jangan menganggap bahwa percakapan
bahasa Jawa ini wajib. Ini hanya langkah lain saja yang digunakan agar tokoh
cerita terkesan berasal dari pedesaan. Jika kita memang enggan menggunakan
bahasa Jawa dalam percakapan juga tidak menjadi masalah. Karena untuk AH Tenane
sendiri membebaskan kita untuk memilih bahasa dalam percakapan, entah itu
bahasa Jawa maupun bahasa Jawa. Jika menggunakan bahasa Jawa pastikan
percakapan itu dimengerti pembaca. Karena banyak ejaan dan ragam bahasa Jawa
yang memang sulit dipahami oleh generasi sekarang. Biasanya penggunaan bahasa
yang kurang efektif akan diganti atau dihapus oleh redaktur.
Sekedar contoh, diambil dari judul
“Salah Masuk Bioskop”.
“Mbus, aku pengin pipis. Kolahe ngendi ya?”
Tanya Koplo kepada salah satu temannya, Tom Gembus.
“Kae lho, lawang tulisane “exit” sing murup abang.
” Jawab
Gembus.
Untuk tulisan berbahasa Jawa harus
menggunakan ejaan bahasa Jawa. “iya” dibaca iyo. “metua” dibaca
metuo(keluarlah). “Isa” dibaca iso (bisa). Untuk
lebih lanjutnya, kita bisa sinaubersama-sama tentang ejaan Bahasa Jawa.
Sekali lagi, untuk dimuat di rubrik
ini tidak harus menguasai berbagai hal seperti di atas. Setiap penulis yang
pernah dimuat memiliki pengalaman dan trik sendiri-sendiri. Tulisan di atas yang berjudul Cara agar tulisan dimuat di Koran Solopos, rubrik Ah Tenane, aku
tulis hanya berdasarkan pengalaman yang pernah aku lalui saja. Untuk mengetahui
bagaimana proses menulisnya, silahkan membaca “Prosesnulis Ah Tenane Solopos.” Klik Di sini.
Selamat mencobanya, terimakasih.
Langkah Sederhana Nulis Ah Tenane
Kuasai Ini Agar dimuat Ah Tenane Solopos
Contoh Tema/Ide Dalam Cerita Ah Tenane
Proses Nulis Ah Tenane
Selamat mencobanya, terimakasih.
Untuk Mendalaminya, Baca Tulisan Yang Terkait
Nulis Pengalaman lucu "Ah Tenane" dapat 75.000,-. Mau?Langkah Sederhana Nulis Ah Tenane
Kuasai Ini Agar dimuat Ah Tenane Solopos
Contoh Tema/Ide Dalam Cerita Ah Tenane
Proses Nulis Ah Tenane
0 Komentar untuk "Cara agar tulisan dimuat di Koran Solopos, rubrik Ah Tenane "